Minggu, 21 Oktober 2007

Lebaran, Mudik Yuk...!

Ada yang berbeda di Lebaran tahun ini, yakni saya mudik! Mudiknya tidak jauh-jauh, cukup ke pulau di selatan Sulawesi tenggara, yakni pulau Muna, Kabupaten Muna, karena dari sanalah asal kedua orangtua saya.

Perjalanan yang sebenarnya bisa ditempuh dalam dua jam setengah, saya perpanjang hingga lima setengah jam, karena saya mengambil jalur alternatif, yakni lewat darat. Alasannya, selain karena saya mabok laut jika lewat kapal fiber yang super cepat itu, juga karena saya “nebeng” saudara sepupu yang juga mudik lewat darat atau dengan kata lain “ mudik gratisan”.

Perjalanan yang cukup beresiko bagi saya sebenarnya, mengingat kondisi badan yang lemah, namun berkat pertolongan Allah, saya akhirnya tiba selamat di tujuan.

Rute yang kami tempuh adalah dari Kendari, kota tempat kami tinggal, ke Torobulu sebuah kota kecil tempat pelabuhan feri. Perjalanan melewati desa-desa dan gunung selama kurang lebih dua jam. Dari sana, kami menumpang feri ke Tampo, kota kecil juga di kabupaten Muna, selama kurang lebih dua setengah jam Untuk sampai ke Raha, ibukota Kabupaten, kami harus lewat jalan darat selama satu jam lebih, yang tidak mudah karena jalan yang amat parah keadaannya.

Saya sempat singgah di Tampo untuk bermalam, dan disitulah banyak keluarga mama saya tinggal. Selain itu, sepupu saya itu, sebenarnya orang Tampo juga. Sehingga, di Tampolah kami shalat Ied-besoknya. Setelah silahturahmi, kami melanjutkan perjalanan ke Raha, kota asal mama dan bapak saya. Dan, untungnya saya masih tetap nebeng dengan saudara sepupu saya itu, so sekali lagi “nebeng gratisan”.

Di Raha, saya tinggal bersama kakak saya, yang telah menetap dan bekerja di sana sejak 2004. Keliling-keliling saya lakukan dengan menumpang motor kakak saya, dan juga dengan ojek, alat transportasi utama di kota Raha.

Setelah puas keliling-keliling, saya memutuskan pulang cepat, karena menurut informasi, sepupu saya mau pulang cepat, sehinggga kalau saya mau pulang dengan cara gratisan, saya harus cepat-cepat.

Namun, terjadi hal yang di luar rencana. Paman saya tiba-tiba meminta saya untuk ikut dengan dia pulangke Kendari. Dan, akhirnya saya ikut pulang dengan dia. Dan, perjalanan yang seharusnya ditempuh selama lima setengah jam itu, pun molor akibat dua peristiwa.

Peristiwa pertama, mobil kami tidak memperoleh tiket untuk menyeberang. Kami pun mendaftar untuk jadwal pelayaran berikutnya. Peristiwa kedua, mobil mogok di Lainea. Tempat sejauh satu setengah jam dari Kendari. Dan, itu terjadi pada jam delapan malam. Dengan perasaan lelah campur lapar, saya menunggu sambil beristirahat di salah satu rumah penduduk. Akhirnya, saat kami dapat pulang , pada saat jam menunjuk pukul satu malam. Kami pun tiba di Kendari, di rumah, pukul setengah empat pagi. Finally, What an experience!!

And, you know how much I spent for all this trip, just 4000 rupiah, amazing ya, itu hanya untuk beli permen yang tidak pernah saya sentuh sepanjang perjalanan!